Belajar
merupakan sesuatu yang penting bagi siapapun. pembelajaran hakikatnya merupakan
kebutuhan setiap orang. Karena bila proses pembelajaran terhenti maka tentu
terjadi miss didalam suatu perkembangan.
Sebagai
orang dewasa tentu kita menginginkan pendidikan generasi mendatang semakin
baik. Pendidikan yang disenangi setiap orang dan menghasilakan output yang baik
pula. Kalau kita refleksikan pendidikan di tahun 90an (generasinya penulis),
pendidikan masih kurang berfariasi, pembelajaran dilakukan dengan teacher
center. Guru adalah segalanya di dalam pembelajaran. Sehingga para siswa
pembangkang atau siswa yang mempunyai kreatifitas lebih tentu tidak akan
mendapat porsi kebebasan.
Pembelajaran
dekade ini tentu lumayan lebih baik. Siswa menjadi pusat pembelajaran, siswa
dituntut untuk bergerak, merespon dan menyimpulkan sendiri apa yang
dipelajarai. Namun bila di lihat sampel dari berbagai kasus ada beberapa hal
yang kurang baik, dimana siswa menjadi liar dan kadang kurang sopan.
Pendidikan
dengan kekerasan verbal menjadi hal yang biasa di zaman dulu. Tentunya pendidik
mempunyai alasan untuk melakaukanya. Di zaman now kekerasan menjadi hal yang
dilarang dan di haramkan. Sekarang zamanya pembelajaran dengan kolaboratif. Yaitu
pembelajaran yang menuntut kerjasam antara pendidik dan yang di didik. Lalu kalau
kita melihat dari sudut pandang pengajar. Apakah untuk mendidik cukup kalau
dilakukan hanya dengan kolaboratif?
Saya
meyakini, setiap orang mempunyai pandangan beragam mengenai pendidikan yang
ideal. Pertanyaan mengenai cukupkan pembelajran kolaboratif diterapkan? Atau masihkah
sifat kekerasan Verbal efektif digunakan? Tentu jawabnaya berfariatif.
Penulis
sendiri mempunyai jawaban yang bisa penulis jelaskan, setidaknya sesuai dengan
tingkat pengetahuan penulis. Menurut saya pembelajaran kolabaoratif yang
sekarang digaungkan tentu efektif diaplikasikan. Namun tentu ada beberapa
prasarat yang harus dipenuhi. Prasarat tersebut misalnya siswa yang memepunyai
kemauan dan kemampuan belajar yang sama. Bayangkan jika pembelajaran
kolaboratif di lakukan dengan siswa yang tingkat intelektualnya berbeda, tentu
proses belajar akan sedikit mengalami kendala. Bayangkan pula bila pembelajaran
di dalamya ada anak yang tidak mau menurut dengan gurunya, tentu pembelajaran
tidak berjalan dengan baik.
Pembelajaran
kolabarotif tentu harus dilaksanakan. Namun tentu harus di garis bawahi bahwa
ada kendala-kendala diluar teknis yang perlu juga diantisipasi. Peran pengajar
mengatasi prmasalah semisal kemapuan dan kemauan siswa yang berbeda itulah yang
perlu terus dipelajari. Setiap siswa itu untuk dan tidak identik dengan siswa
lain. Apalagi kalua sudah disatukan didalam kelas.
Guru
yang sering menggunakan keerasan utamnya kekrasan Verbal tentu punya
alasan. Salah satunya mungkin untkmengatasi permasalah tadi. Penulis meyakini
sebenarnya masih ada banyak cara yang bisa kita gnakan untuk mengatasi hal
tersebut. Maka tentu sekali lagi penulis tegaskan bahwa sebagai pen gajar tentu
harus terus belajar mengenai strategi, model dan cara untuk mendidik dengan
baik dan manusiawiyah.
Perlukah
kekerasan verbal di berikan untuk mendidik siswa??
Jawabnya
adalah tergantung situasi dan kondisi keadaan kelas.
Apakah
kekerasan verbal bisa digantri ndengan pendekatana yang lain?
Jawabanya
tentu sangat bisa.
Dari
pendapat penulis diatas tentu akan menimbulakan beberpa pendapat yang lain. Sebagai
orang dewasa tentu kita harus menyadari dan memahami suatu permaslah. Termasuk bberpa
kasus di dalam proses pembelajaran di generasi searang ini.
Terus
belajar salam lima jari
No comments:
Post a Comment