Berbagi Itu Indah

Berbagi Itu Indah

Thursday, November 22, 2018

masih perlukah kekerasan ferbal dalam pembelajaran?

Belajar merupakan sesuatu yang penting bagi siapapun. pembelajaran hakikatnya merupakan kebutuhan setiap orang. Karena bila proses pembelajaran terhenti maka tentu terjadi miss didalam suatu perkembangan.
Hasil gambar untuk dilarang omong kasar
Sebagai orang dewasa tentu kita menginginkan pendidikan generasi mendatang semakin baik. Pendidikan yang disenangi setiap orang dan menghasilakan output yang baik pula. Kalau kita refleksikan pendidikan di tahun 90an (generasinya penulis), pendidikan masih kurang berfariasi, pembelajaran dilakukan dengan teacher center. Guru adalah segalanya di dalam pembelajaran. Sehingga para siswa pembangkang atau siswa yang mempunyai kreatifitas lebih tentu tidak akan mendapat porsi kebebasan.
Pembelajaran dekade ini tentu lumayan lebih baik. Siswa menjadi pusat pembelajaran, siswa dituntut untuk bergerak, merespon dan menyimpulkan sendiri apa yang dipelajarai. Namun bila di lihat sampel dari berbagai kasus ada beberapa hal yang kurang baik, dimana siswa menjadi liar dan kadang kurang sopan.
Pendidikan dengan kekerasan verbal menjadi hal yang biasa di zaman dulu. Tentunya pendidik mempunyai alasan untuk melakaukanya. Di zaman now kekerasan menjadi hal yang dilarang dan di haramkan. Sekarang zamanya pembelajaran dengan kolaboratif. Yaitu pembelajaran yang menuntut kerjasam antara pendidik dan yang di didik. Lalu kalau kita melihat dari sudut pandang pengajar. Apakah untuk mendidik cukup kalau dilakukan hanya dengan kolaboratif?
Saya meyakini, setiap orang mempunyai pandangan beragam mengenai pendidikan yang ideal. Pertanyaan mengenai cukupkan pembelajran kolaboratif diterapkan? Atau masihkah sifat kekerasan Verbal efektif digunakan? Tentu jawabnaya berfariatif.
Penulis sendiri mempunyai jawaban yang bisa penulis jelaskan, setidaknya sesuai dengan tingkat pengetahuan penulis. Menurut saya pembelajaran kolabaoratif yang sekarang digaungkan tentu efektif diaplikasikan. Namun tentu ada beberapa prasarat yang harus dipenuhi. Prasarat tersebut misalnya siswa yang memepunyai kemauan dan kemampuan belajar yang sama. Bayangkan jika pembelajaran kolaboratif di lakukan dengan siswa yang tingkat intelektualnya berbeda, tentu proses belajar akan sedikit mengalami kendala. Bayangkan pula bila pembelajaran di dalamya ada anak yang tidak mau menurut dengan gurunya, tentu pembelajaran tidak berjalan dengan baik.
Pembelajaran kolabarotif tentu harus dilaksanakan. Namun tentu harus di garis bawahi bahwa ada kendala-kendala diluar teknis yang perlu juga diantisipasi. Peran pengajar mengatasi prmasalah semisal kemapuan dan kemauan siswa yang berbeda itulah yang perlu terus dipelajari. Setiap siswa itu untuk dan tidak identik dengan siswa lain. Apalagi kalua sudah disatukan didalam kelas.
Guru yang sering menggunakan keerasan utamnya kekrasan Verbal tentu punya alasan. Salah satunya mungkin untkmengatasi permasalah tadi. Penulis meyakini sebenarnya masih ada banyak cara yang bisa kita gnakan untuk mengatasi hal tersebut. Maka tentu sekali lagi penulis tegaskan bahwa sebagai pen gajar tentu harus terus belajar mengenai strategi, model dan cara untuk mendidik dengan baik dan manusiawiyah.
Perlukah kekerasan verbal di berikan untuk mendidik siswa??
Jawabnya adalah tergantung situasi dan kondisi keadaan kelas.
Apakah kekerasan verbal bisa digantri ndengan pendekatana yang lain?
Jawabanya tentu sangat bisa.
Dari pendapat penulis diatas tentu akan menimbulakan beberpa pendapat yang lain. Sebagai orang dewasa tentu kita harus menyadari dan memahami suatu permaslah. Termasuk bberpa kasus di dalam proses pembelajaran di generasi searang ini.
Terus belajar salam lima jari

No comments:

Post a Comment